Minggu, 17 April 2016

Seorang Fotografer Berhasil Abadikan Fenomena Pernikahan di Bawah Umur di China

Seorang Fotografer Berhasil Abadikan Fenomena Pernikahan di Bawah Umur di China\

Pelangi4D - CHINA - Jie, seorang gadis asal China, baru saja menginjak usia remaja, saat ia menikah, tiga hari setelah bertemu dengan suaminya, Wen, yang berusia 18 tahun.
Dikutip dari Daily Mail (14/4/2016), awalnya, keduanya bertemu saat festival musim semi, saat Jie, yang masih berusia 13 tahun, pergi mengunjungi keluarga dari Wen. Wen yang melihatnya meminta Jie untuk tinggal dan menjadi calon istrinya.

Tak mengetahui prosedur dari sistem kelahiran, Jie yang masih berusia sangat muda akhirnya hamil dan keluar dari sekolahnya.

 
Cai (16) dan Ming (17), menjalin hubungan selama tiga bulan sebelum akhirnya menikah pada 2013. Keduanya kini tinggal dengan orangtua Ming yang mendukung mereka secara finansial. Sebagian besar pekerjaan mengurus bayi dilakukan ibu Ming. Terkadang, ibu Ming kerap menyusui anak Cai dan Ming / foto : Muyi Xiao

Hal ini merupakan satu dari banyak kenyataan tentang bertambahnya angka pengantin di bawah umur, di beberapa daerah pedesaan di China.
Seorang fotografer bernama Muyi Xiao berhasil mendapatkan kesempatan untuk mendokumentasikan fenomena ini.
Muyi bahkan tak menduga kalau pasangan suami istri yang relatif masih muda ini benar-benar saling mencintai.
Usia legal untuk menikah di China adalah 20 tahun untuk wanita dan 22 untuk pria, meski beberapa pernikahan di pedesaan ditutupi dengan pesta atau jamuan terlebih dahulu, sebelum akhirnya didaftarkan secara legal kepada pihak berwajib, ketika kedua pengantin menyentuh angka usia dewasa.
Berkat kebijakan satu anak yang berlaku di China, ketidak-seimbangan jenis kelamin di negara tersebut membuat sebagian besar orangtua lebih memilih memiliki anak laki-laki daripada perempuan.

Namun terkadang, para orangtua yang berusia masih sangat muda ini masih harus bergantung dengan orangtua masing-masing demi membantu mengurusi kehidupan rumah tangganya
Jie diketahui tinggal di rumah orangtua dari Wen, yang berada di puncak gunung di sebuah desa yang bernama Desa Tangzibian.
Orangtua dari Wen bekerja sejauh 1.000 mil di Provinsi Anhui, dan kerap kali meninggalkan pasangan ini sendirian di rumah.

 

Xiao Mei (16), bersama putrinya yang masih berusia dua tahun dan putranya yang masih berusia 1 tahun. Ketiganya tinggal di Desa Wanhe, Kota Megla, Provinsi Yunnan. Xiao sudah menikah dengan suaminya selama 2 thaun setelah sebelumnya bertemu saat masih di sekolah dasar / foto : Muyi Xiao
Uang yang dikirimkan kedua orangtua Wen lah yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan bagi pasangan muda ini.

Liu Neng, seorang profesor sosiologi dari Universitas Peking menuturkan kalau menikah di zaman seperti sekarang ini adalah sebuah norma kultural bagi kaum remaja yang tinggal di daerah pedesaan, yang tak punya banyak hal untuk dilakukan saat dirinya sudah beranjak dewasa.
Jie, yang kini telah menikah pun mulai merasa bosan dengan kehidupannya sehari-hari.

Remaja ini kerap tinggal di rumah dan membantu mengurus kebun, memasak dan menyulam pakaian.
Kehidupan sosialnya pun terbatas dan ia pun tak terlalu banyak memikirkan masa depan.
Menurut keterangan dari Muyi, akan butuh waktu lama sebelum Jie akhirnya cukup dewasa untuk bisa bekerja di kota.

Menurut Muyi, beberapa gadis yang ia temui bahkan sangat ingin menikah lebih cepat karena takut dinikahkan dengan pria pilihan orangtuanya, bukan pilihan dirinya sendiri.
Mengesampingkan kenyataan mengenai sulitnya menikah dan melahirkan di usia yang masih relatif sangat muda, dampak dari ditinggalkannya anak-anak oleh orangtua yang bermigrasi ke kota pun masih belum diketahui.


Xiao Le (4) saat sedang melakukan video call dengan orang tuanya yang berusia 20 tahun. Kedua orangtua Xiao Le bekerja di Provinsi Zhejiang / foto : Muyi Xiao

Saat sudah melahirkan, tak jarang pasangan muda terpaksa harus pindah demi bisa mendapatkan uang, saat waktu dan akomodasi yang dimiliki terkadang dirasa tidak sesuai bagi sang bayi yang baru lahir.
Hal ini akhirnya kerap memaksa para pasangan muda untuk meninggalkan sang anak dengan kakek dan neneknya di desa, sementra mereka pindah ke kota untuk bekerja.


0 komentar:

Posting Komentar

^^