Kamis, 28 Januari 2016

8 Eksperimen Tersadis Dengan Manusia Sebagai Objeknya

     Biasanya yang menjadi objek penelitian alias eksperimen jahat tersebut adalah para budak, tahanan maupun sebuah keluarga. Para peneliti yang dalam hal ini kebanyakan adalah para dokter yang mengorbankan kehidupan seseorang untuk kehidupan orang lainnya.


1. Project 4.1

 

Project 4.1 adalah perancangan penelitian medis di AS yang dilakukan oleh penduduk Marshall Islands. Mereka diarahkan untuk melakukan tes nuklir dengan cara menjatuhkan bahan radioaktif dari tanggal 1 Maret 1954 di Bikini Atoll, yang ternyata menghasilkan dampak dahsyat yang tak terduga sama sekali. 


Setelah satu dekade tes itu dilakukan, efeknya pun mulai nampak dan dikorelasikan dengan tes nuklir itu, yaitu meningkatnya keguguran dan matinya janin sebesar dua kali lipat di 5 tahun pertama setelah eksperimen itu, tetapi kemudian kembali normal lagi. 

Setelah 10 tahun, efek-efek lainnya bermunculan, anak-anak mereka menderita kanker Thyroid.  Departemen Energi mengatakan bahwasanya penduduk Marshall ternyata dijadikan objek dalam percobaan tersebut.
 



2. Project MKULTRA

 

Project MKULTRA atau MK-ULTRA adalah kode untuk program penelitian mind-control (pengendalian pikiran) yang dilakukan CIA, yang dimulai pada tahun 1950an dan dilanjutkan hingga akhir 1960an. 

Banyak yang mempublikasikan bahwasanya proyek itu dengan sembunyi-sembunyi menggunakan berbagai macam obat-obatan, untuk memanipulasi mental individual dan mengubah fungsi otak. 

Eksperimen ini menggunakan LSD (sejenis obat-obatan) yang diberikan kepada pekerja CIA, personel militer, doktor, agen pemerintah, PSK, pasien kelainan mental dan anggota lainnya untuk mempelajari bagaimana reaksi mereka. LSD dan obat-obatan lainnya diberikan tanpa adanya studi dan izin. Pelanggaran terhadap Nuremberg Code yang telah disetujui AS. 


Usaha untuk “merekrut” objek penelitian yang telah disebutkan di atas pun ilegal, walaupun faktanya obat-obatan yang digunakan telah terdaftar. Pada tahun 1973, Direktur CIA, Richard Helms memerintahkan agar semua file MKULTRA dihancurkan. Sehingga menyebabkan investigasi terhadap kasus ini tidak dimungkinkan lagi untuk dilakukan. 



3. The Aversion Project

 

Tentara apartheid Afrika Selatan memaksa prajurit lesbian dan gay kulit putih untuk menjalani operasi ‘sex-change’ pada tahun 1970an dan 1980an, menghukum mereka dengan cara dikebiri, kejutan listrik dan eksperimen medis lainnya. 


Walaupun jumlah pastinya tidak diketahui, ahli bedah dari tentara apartheid memperkirakan sebanyak 900 tentara dikerahkan untuk operasi ini sejak 1971 hingga 1989 di rumah sakit militer, sebagai bagian dari program top secret untuk menumpas homoseksual. 

Psikiater tentara dibantu oleh pemimpin agama setempat dengan agresif “menguber-uber”  tentara homoseksual, mengirim mereka satu per satu menuju unit psikiater militer. Bagi yang tidak bisa diobati dengan obat-obatan, shock terapi, pengobatan dengan hormon, dan maka akan dikebiri atau diganti alat kelaminnya.
 



4. North Korean Experimentation

 

Telah banyak yang melaporkan bahwa adanya eksperimen manusia terjadi di Korea Utara. Laporan kekejaman HAM ini menunjukkan adanaya kesamaan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Nazi dan Jepun pada saat PD-II. 

 
Dugaan kekejaman HAM ini ditolak oleh pemerintah Korea Utara, yang mana mereka mengklaim bahwasanya tahanan di sana diperlakukan secara “manusiawi”. 

Bekas tahanan wanita mengatakan bahwa di penjara, 50 tahanan wanita yang sehat dipilih dan diberikan daun kol yang beracun, mereka harus memakannya walaupun mereka menolaknya dan menangis karena dipaksa. Kesemuanya dalam waktu 20 menit meninggal setelah muntah dan buang-buang air besar disertai darah. Jika menolak untuk memakan daun kol itu akan menyebabkan keluarga mereka yang akan jadi sasaran. 


Kwon Hyok, bekas kepala keamanan di Camp 22, menjelaskan adanya laboratorium yang dilengkapi dengan gas beracun, gas untuk membuat mati lemas dan eksperimen “darah” dari 3 atau 4 orang, mungkin satu keluarga yang dijadikan bahan eksperimen. 

  
 
Setelah menjalani pemeriksaan medis, bilik kemudian ditutup rapat dan racun diinjeksikan lewat sebuah tabung, dan para “ilmuwan” kemudian mengobservasi apa yang terjadi lewat kaca. 

Kwon Hyok mengatakan dia telah menyaksikan sendiri bagaimana satu keluarga yang terdiri dari satu ayah, satu ibu dan satu anak yang mati gara-gara gas, saat itu orang tuanya mencoba menyelamatkan nyawa anaknya dengan cara bernafas lewat mulut, walaupun ternyata itu sia-sia.
 

5. Poison laboratory of the Soviets

 



6. The Tuskegee Syphilis Study

 



Penelitian ini kemudian menjadi kontroversial karena dilaksanakan tanpa adanya perlindungan HAM terhadap objek penelitian. Mereka yang didaftarkan di penelitian ini tidak diberikan informasi mengenai hasil diagnosa terhadap mereka, dan termasuk persetujuan untuk dijadikan bahan penelitian. 

Bahkan mereka dikatakan memiliki darah yang kotor “bad blood” dan diiming-imingkan mendapatkan perawatan medis, kendaraan antar menuju klinik, makanan dan asuransi kematian. 


Pada tahun 1932, ketika penelitian ini dimulai, standar pengobatan untuk pengidap siphillis yang digunakan sangat beracun, berbahaya dan efektivitasnya dipertanyakan. Sebenarnya lebih baik para pasien pengidap penyakit kelamin tersebut tidak ikut serta dalam penelitian berbahaya ini. 


Di penghujung penelitian ini, hanya 74 orang yang tetap hidup. 28 meninggal langsung karena siphillis, 100 karena komplikasi, 40 istri mereka tertular penyakit ini, dan 19 anak mereka terlahir terkena penyakit siphillis bawaan.
 

7. Unit 731

 



Shiro Ishii
 

8. Nazi Experiments

 


 
Eksperimen terhadap anak kembar di kamp konsentrasi juga dilakukan untuk meneliti bagaimana persamaan dan perbedaan genetik mereka, dan untuk melihat bagaimana tubuh manusia bisa “dimanipulasi”.


Pimpinan pusat eksperimen adalah Dr. Josef Mengele, yang melakukan eksperimen terhadap lebih dari 1.500 tahanan kembar, yang hasilnya kurang dari 200 orang yang bisa bertahan hidup. 

Mereka diatur berdasarkan umur dan jenis kelamin dan menempatkan mereka di barak selama tes. Mata mereka diinjeksikan zat kimia yang berbeda untuk melihat perubahan warna yang terjadi.
 

Dan pada tahun 1942 Luftwaffe memimpin eksperimen untuk mengetahui bagaimana pengobatan hypothermia (penyakit karena kedinginan). Para objek penelitian yang dalam hal ini manusia dimasukkan ke dalam tanki berisi air es selama lebih dari 3 jam dan mereka melihatnya dari atas. Penelitian lainnya menempatkan para tahanan telanjang di tempat pendingunan selama beberapa jam.
 

Di antara Juli 1942 hingga September 1943. Eksperimen untuk menginvenstigasi efektivitas dari sulfonamida, agen antimikrobial sintetis, yang dipimpin oleh Ravensbruck. Luka pada objek manusia diinfeksikan bakteri Streptococcus, gas gangren dan tetanus. 


Sirkulasi darah dihentikan dengan cara memutuskan pembuluh darah di dekat luka untuk menciptakan kondisi yang sama di peperangan. Infeksi makin ditingkatkan dengan cara memasukkan serbuk kayu dan serbuk kaca ke dalam luka. Infeksi kemudian diobati menggunakan sulfonamida dan obat-obatan lainnya untuk membandingkan efektivitasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

^^